Ekspedisi di Pulau Kei #2


                 Selama 22 tahun hidupku, baru kali ini aku menjejaki wilayah timur Indonesia. Sebelum keberangkatan tak kuasa aku membayangkan perjalanan jalur laut yang cukup lama karena ini kali pertama aku mengarungi lautan dengan kapal. Kapal Nggapulu, begitulah namanya yang sampai sekarang masih terngiang-ngiang di kepalaku. Perjalanan keberangkatan 6 hari 5 malam yang sama sekali tidak melelahkan bagiku. Tidak seperti yang ku bayangkan sebelumnya. Justru aku sangat menikmatinya, begitu indah lautan Indonesia. Dan begitu menyenangkan perjalanan bersama 20 orang teman-teman tim ekspedisi.
                Kegiatan ekspedisi ini serupa dengan kegiatan kkn, hanya saja waktunya lebih singkat. Kami berjumlah 20 orang dan melaksanakan ekspedisi di Dullah Laut, Kota Tual, Maluku Tenggara. Surga tersembunyi Indonesia. Private island yang belum banyak dijamah manusia. Berbagai kegiatan kami lakukan disana. Aku sendiri tergabung dalam divisi kesehatan yang tentunya berfokus dengan kegiatan kesehatan di sana. Sebenarnya kegiatan kesehatan disana cukup aktif karena ada tenaga kesehatan dari Nusantara Sehat yang merupakan salah satu program dari Kementrian Kesehatan. Sehingga kegiatan kami banyak dibersamai dari pihak NS.
                “Tiada hari tanpa posyandu dan memandikan bayi”, celetuk salah satu temanku yang tak pernah absen menemaniku ke posyandu dan setiap pagi ku ganggu tidurnya untuk menemani memandikan bayi. Bayi itu lahir ketika kami berada disana dan kami berkesempatan membantu persalinan ibunya. Ya, mungkin sudah terbayangkan bagaimana kegiatan kami disana. Tentu divisi lain juga ada berbagai kegiatan yang cukup padat. Ada pembuatan taman baca, kelas alam, kelas inspirasi, kelas reproduksi, pemetaan potensi sejarah & wisata, dll.
                Kami tinggal di 8 pondokan milik warga yang kami panggil papa dan mama piara. Sungguh kami merasakan kehangatan seperti di rumah sendiri, sungguh baik saudara-saudara kami disini. Mereka hidup dalam kesederhanaan, udara disini masih bersih karena jarang sekali yang memilki kendaraan bermotor. Mobilisasi warga di pulau yaitu dengan jalan kaki dan untuk ke kota dengan menggunakan kapal motor kecil yang tidak setiap saat berangkat. Orang-orang selalu bahagia meskipun hanya sekedar ngobrol di belakang rumah. Hal ini yang aku rindukan. Pagi hari tak ada yang buru-buru keluar rumah, sore hari tak terlambat pulang ke rumah. Kebahagiaan mereka bukan dari harta, mobil, jabatan, atau uang melainkan berkumpul bersama keluarga.
                Semua warga kampung ini adalah satu saudara karena pernikahan tidak jauh-jauh dari tetangga. Papa piaraku sendiri memiliki 2 istri yang hidup dalam satu rumah dan akur-akur saja. poligami menjadi hal biasa disini, bahkan ada yang istrinya lebih dari 4. Suatu malam aku pernah bertemu dengan 2 nenek yang memperkenalkan diri bahwa mereka adalah kakak beradik satu papa namun beda mama. Wah, nenek-nenek ini saja papa mamanya sudah poligami. Jadi ya hal wajar memang.
                Hal lain yang menarik adalah sistem kasta yang masih dipegang oleh para tetua disana. Mungkin untuk anak-anak muda hal tersebut tidak terlalu dipermasalahkan namun bagi orangtua ini adalah hal yang penting. Kasta mel-mel (kasta tinggi) tidak boleh menikah dengan ar iri (kasta pesuruh/budak). Pernah suatu ketika adik piaraku ketauan jalan sama laki-laki dari ar iri dan dia akhirnya kena marah mama dan papa. Namun masih saja adikku ini ngeyel dan tiap malam selalu mengajakku berjalan ke arah timur (lokasi masyarakat kasta ar iri) untuk sekedar melihat senyum sang pujaan hatinya.” Karena kalau pergi sama kakak, mama papa tak akan curiga”, katanya.
                Rumah pondokanku dekat dermaga, tiap malam aku suka memandangi langit dan kawannya, bulan bintang. Angin malam yang dingin tak ku hiraukan karena suasana yang begitu syahdu. Bersama 2 temanku yang selalu tak membiarkan aku sendirian. Kami saling bercerita tentang apa saja yang terbesit dalam pikiran saat itu. Hingga tak terasa bahwa malam sudah berlalu dan pukul 2 pagi kami biasanya baru kembali. Ah kapan aku bisa mengulang lagi kenangan itu.
                Kapal Nggapulu begitu ku ingat bukan hanya karena sebagai tempat tinggal kita diatas bahari namun karena adanya kemistri  yang terpatri.

Kalau penasaran dengan kegiatan Ekspedisi Nusantara Jaya silahkan cek ig kami di enj.ugm. Terima kasih.


Comments

Popular posts from this blog

Aroma Hujan Rasa Kenangan

Misteri Mesin Waktu Part 1